7 GOA BERSEJARAH DI BALAK KECAMATAN SONGGON (BANYUWANGI) INI HARAPKAN SENTUHAN INVESTOR

7 GOA BERSEJARAH DI BALAK KECAMATAN SONGGON (BANYUWANGI) INI HARAPKAN SENTUHAN INVESTOR



#BANYUWANGI– Pemerintah Desa Balak, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, ingin mengenalkan destinasi wisata baru berupa goa-goa alami yang ada di desanya.
Jumlahnya, ada tujuh goa yang terletak di satu Dusun Cemoro. Melihat potensi tersebut, Kepala Desa Balak, Ribud Santoso berharap ada pihak investor yang mau bekerjasama mengelola menjadi destinasi wisata sejarah dan religi.
"Tujuannya untuk mengangkat perekonomian masyarakat. Cuma kalau misalkan ada investor masuk, kami siap," ujar Ribud kepada BanyuwangiTIMES, Kamis (08/09/2016). Tujuh goa tersebut, jelas Ribud, ada goa Pawon, Pasujudan, Sadong, Koperesi (Konferensi), Capil, Sumur dan Panguripan.
Saat Banyuwangi TIMES mengunjungi beberapa goa tersebut, kondisinya masih alami. Belum ada bangunan lain yang menyertai sebagai fasilitas wisata. Seperti toilet, tempat sampah, penerangaan, tempat duduk santai, serta perbaikan akses jalan. Lokasi ke-tujuh goa yang berada satu Dusun Cemoro ini, berdasarkan cerita turun temurun, pernah digunakan oleh KH. Abdul Faqih, pada 1917 sebagai tempat gerilya.
"Kemungkinan untuk tempat persembunyian dan musyawarah. Kalau yang memberi nama-nama goa ini ya KH. Abdul Faqih sendiri," jelas Ribud.
Ribud menambahkan, lokasi masing-masing goa tidak berdekatan, namun demikian, selalu berpasangan jaraknya. Seperti Goa Pawon dan Goa Pasujudan, kemudian sekitar 1 Km dari area Goa Pawon, ada Goa Sadong yang dipercaya memiliki jalur yang bisa tembus sampai Madura, Bali dan Taman Nasional Alas Purwo.
"Kedalamannya tidak terbatas. Sekarang gak ada yang berani nyoba menyusuri masuk. Ini sering dibuat semedi, di hari-hari sakral," jelasnya.
Tidak jauh berbeda, tepat di depan Goa Sadong, sekitar 7 meter sudah terdapat aliran sungai yang jernih dari Sumber Langon.
Sementara itu, sekitar 500 meter dari Goa Sadong terdapat Goa Koperesi. Nama Koperesi, kata Ribud, diambil dalam bahasa Sansekerta yang berarti pertemuan.
"Warga sini nyebutnya goa Konferensi. Di dalam ruangannya sangat lebar. Jadi konon ceritanya ini menjadi tempat musyawarah oleh tokoh-tokoh pejuang sini," ujarnya.
Melihat potensi wisata sejarah dan religi ini, Ribud menginginkan ada pihak investor yang bersedia bekerjasama untuk mengelola.
"Jadi anggarannya itu kan pasti besar, pemerintah desa saat ini masih belum sanggup. Misalkan untuk membuat fasilitas wisatanya. Suatu saat ada investor masuk, kami siap bantu buat penunjuk jalan. Kalau soal kebersihan, kerjabakti masyarakat sini selalu siap," papar Ribud.

Sumber : BwiTimes
First